Tuesday, November 5, 2013

HIJRAH : TOLOK UKUR KEIMANAN

Menyambut Tahun Baru Islam 1435 H admin Ingat Allah ingin mengurai kembali masalah Tahun baru Islam ini... an apa saja perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. berikut Oleh: Ust. Drs. Misbah Lc.

Telah terbit bulan purnama. Cahayanya menerangi kita dari celah bebukitan. Wajiblah kita bersyukur atas ajakannya kepada Allah. Wahai orangyang diutus kepada kami. 
Kau datang membawa perintah yang ditaati.

Syair yang mengharukan itu menyambut kedatangan ' Rasulullah SAW. danAbuBakar ketika keduanya tiba di Madinah. Penduduk kota ini memenuhi jalan yang dilalui Rasulullah SAW sambil mendendangkan syair suka cita atas kehadiran manusia agung yang mereka tunggu sejak lama itu.

Sementara takbir membahana, menandai terbentuknya sebuah masyarakat di atas pondasi tauhid yang kokoh. Pilar-pilar cinta kasih dan persaudaraan menjadi penyangga utama pembangunan Madinah al-Munawarah (Negara peradaban yang berlimpah cahaya indah)

Begitu lama keutuhan wilayah ini terkoyak oleh ashabiyah (fanatisme golongan). Kabilah Aus dan Khazraj telah lelah saling membunuh demi kebanggaan sempit dan tak jelas juntrungannya.

Perjalanan kaum Muhajirin dari Mekkah ke Madinah bukan sesuatu yang menyenangkan. Hampir sepuluh hari lamanya mereka mengarungi padang pasir di.bawah sengatan matahari. Bebukitan batu yang membara dan lembah-lembah yang dihuni suku-suku primitif mereka linntasi. Karena belum mengenal hokum tak jarang suku-suku tersebut merampas harta benda para musafir yang melewati wilayahnya.

Kaum Muhajirin bukannnya tak peduli dengan tanah kelahiran, keluarga dan kaum kerabat. Tapi mereka rela meninggalkan semua itu demi mempertahankan aqidah. Meski untuk itu mereka juga harus meninggalkan harta benda yang teiah mereka kumpulkan dengan susah payah.

Abu Bakar Shiddiq misalnya. Saat mengawal Rasulullah SAW, ia hanya membawa 5000 dinar. Tak ada harta tersisa untuk keluarganya yang masih tinggal di Mekkah, Hampir seiuruh hasil perdagangannya ia infakkan untuk keperluan dakwah dan rnemetdekakan hamba sahaya yang telah beriman.

TEGAR DALAM DAKWAH

Oleh : KH.Thabrani

Wahai Paman. Demi Allah, andai saja mereka menaruh matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan pekerjaan (dakwah) ini, tiadalah aku hendak meninggalkannya, sampai aku berhasil, atau tewas dalam menunaikannya. 
(KarakteristikPerihidup 60 sahabat Rasulullah SAW, hal.29)

Demikian Rasulullah SAW menyatakan sikapnya ketika Abu Thalib menyampaikan tawaran kaum kafir Quraisy agar Rasulullah SAW meninggalkan dakwahnya. Abu Thalib sangat disegani di kaiangan kafir Quraisy. Karena itu, mereka merasa upaya melobi Abu Thalib agar melaraag Muhammad berdakwah lagi adalah langkah yang tepat.

Alangkah sedihnya Rasuiullah SAW. Temyata, orang yang selama ini selalu melindunginya, Abu Thalib tak bersedia atau tak mampu lagi menghadapi tekanan kaum kafir Quraisy. Tapi semangat Rasuiullah SAW untuk terus berjuang di jalan Allah SWT tidak pernah surut. Rasulullah SAW tetap akan meleburkan dirinya dalam dakwah walaupun seluruh makluk di jagad ini tidak suka.

Maka bujukan sang paman sedikitpun tidak menggoyahkan imannya. Rasul sangat yakin, kendatipun pamannya tidak mau lagi melindunginya, maka Allah SWT pasti akan melindunginya Karena Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya. (lihat QS.47:7) Dakwah adalah perjalanan panjang dan tak akan berhenti selama masih ada kehidupan di muka bumi ini. Dakwah Rasul diteruskan oleh para sahabat, para tabiin dan tabi'it-tabi'in, bahkan sampai detik ini. Jalan inilah yang senantiasa didambakan oleh orang-orang yang memproklamirkan dirinya berimaii. Jalan Allah SWT dan Rasul-Nya. Jalan yang mengantarkan para pengikutnya kepada surga yang indah.

Karena jalan inilah, Rasulullah SAW dan para sahabatnya rela meninggalkan negeri tercinta (Makkah) yang mayoritas penduduknya ajaran yang dibawanya. Hijrahlah Rasul dan para sahabatnya dari Makkah ke kota Madinah . Mereka meninggalkan Makkah bukanlah berarti tidak mencintai Makkah, ini tercermin dari ungkapan kerinduan Rasul:"O, Makkah, engkaulah negeri yang aku cintai. Andaikan penghunimu tidak mengusirku, tentu aku tidak akan pergi (meninggalkanmu)." Jalan dakwah memang penuh onak dan duri. Penuh dengan tantangan, baik dalam maupun dari luar. Rasulullah SAW mengalami tekanan dan teror bukan hanya dari luar, tapi juga dari keluarganya sendiri.

Abu Jahal dan Lahab, musuh besar Rasulullah SAW adalah pamaa beliau sendiri. Tekanan serapa dialami oleh sahabat beliau. Sebut saja misalnya, Mush'ab bin Umair, Begitu mendengar Muhammad SAW, pemuda tampan ini meninggalkan kemewahannya. Ketika keislamannya diketahui oleh keluarganya, ibunya mogok makan agar Mush'ab iba dan kemball ke agama nenek moyang mereka. Sedangkan anggota keluarga yang lain mengancam akan mengusirnya.