Wednesday, June 4, 2014

Merasa Mampu

Hanya dalam hitungan tahun, tak sampai abad, Islam, sejak Rasulullah SAW sampai Khalifah Utsman bin Affan, menyebar dengan dasyatnya. Tak hanya ajaran tauhidnya, tapi juga wilayah kekuasaannya.

Seorang ilmuwan muslim pernah melakukan penelitian masalah ini, Prof. Hamidullah, dalam kitabnya yang berjudul 'al-Watha'iq as Siyahsiyya' melacaknya dengan sangat detil. Pada masa Rasulullah SAW, , daerah yang dikuasai Islam tak kurang dari 1 juta mil persegi. Sedangkan Khalifah Abu Bakar ra., menambah perluasan sekitar 200.000 mil persegi. Perluasan besar-besaran terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang menambah wilayah seluas 1.500.000 mil persegi. Sedangkan di masa Khalifah Utsman bin Affan ra., penambahannya sekitar 800.000 mil persegi

Sejarah mencatat, ketika kekuasaan justru begitu besar, Umar bin Khattab justru begitu takut. Bukan takut akan kehilangan kekuasaannya, tapi takut pada Allah SWT, yang kelak, pasti meminta pertanggung-jawaban setiap manusia. Suatu kali, Umar bin Khattab berkata pada dirinya sendiri, "Aku sungguh begitu takut. Tanah ini begitu luas, dan yang aku takutkan adalah pertanggung jawaban yang tak mampu aku berikan. Bagaimana jika seekor unta tersesat di wilayah ini, sampai ia kelaparan dan mati. Niscaya, Umar akan diminta jawaban di hari nanti", demikian Umar member arti tanggung jawab pada dirinya.

Umar bin Khattab telah memberikan pelajaran berharga pada sejarah. la, tak hanya 'merasa mampu', tapi juga mampu 'merasa'. Kadang banyak dari kita terlalu merasa mampu. Pada satu titik, tentu saja dorongan ini memberikan tenaga positif untuk menghasilkan sebuah karya, sebuah manfaat untuk umat. Tapi, pada banyak peristiwa, terlebih pada sejarah kekuasaan, merasa mampu telah membawa kehancuran yang demikian besar. Tak Hanya kehancuran untuk para pemimpin, tapi juga kehancuran untuk yang dipimpin.

Ketika merasa mampu telah mendorninasi, kepekaan dan kemampuan 'merasa' akan menjadi tumpul, tanggung jawab besar telah dihancurkan. Alih-alih manfaat, justru mudharat yang akan dihasilkan. Tiga kombinasi besar selalu dibutuhkan orang-orang besar. Kemampuan mendengar, kemampuan melihat jauh ke depan serta kemampuan untuk merasakan tanda tanda. Sebuah kepekaan, yang menjaga nurani tetap hidup dan selalu membisikkan kebaikan, juga kebenaran. Dan kita, wajib menjadikan ketiganya sebagai bekal.

Friday, May 30, 2014

RAHASIA AIR

Bila kita renungkan berpuluh ayat dalam Al-Qur'an yang berbicara tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Air tidak sekedar benda mati, tapi menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh, dan sifat-sitat ajaiblain.

DR Masaru Emoto Universitas Yokohama Jepang, pada Maret 2005 lalu telah melakukan sebuah penelitian. Hasilnya? Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa "membaca" tulisan dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya, The Hidden Message in Water (Pesan tersembunyi di dalam Air), Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti magnetic atau compact disk.

Suatu peristiwa ganjil dan aneh pernah terjadi pada masa Amru bin Ash Radhtyallahu ‘anhu ketika menjadi Gubernur Mesir. Sungai Nil yang menjadi urat nadi kehidupan penduduk Mesir mulai surut. Airnya tidak melimpah-limpah seperti biasa. Peristiwa ini amat mencemaskan penduduk

Warga mengusulkan kepada Gubernur agar, melakukan ritual jahiliyah, yakni dengan mengorbankan anak gadis sebagai persembahan kepada Dewa Sungai Nil, agar air kembali ke sedia kala. Namun Amru keberatan, karena adat ini kurafat dan syirik. Gubernur meminta waktu dan mengirim surat kepada Khalifah dan Umar bin Khatthab. Ketika menerima surat balasan, betapa gembira Amru. Namun betapa terkejutnya, karena surat itu tidak ditujukan padanya, melainkan untuk Sungai Nil. Setelah membacanya Amru pun mencampakkan surat itu ke dalam sungai sebagaimana perintah Khalifah.

Dengan kekuasaan Allah, setelah surat itu jatuh ke dalam sungai Nil, dalam sekejap mata airnya mulai naik dan melimpah ruah. Kejadian aneh ini disaksikan sendiri oleh penduduk Mesir. Semenjak hari itu, iman mereka mulai teguh dan tidak mengamalkan adat jahiliyah.

Apa isi surat Khalifah Umar ?
“surat ini dikirimkan oleh Umar, Amirul-Mu’minin, kepada sungai Nil. Kalaulah air yang mengalir pada tubuhmu itu bukan dari kuasa Allah, maka kami tidak memerlukan engkau! Tetapi kami percaya Allah itu Maha Kuasa dan kepada-Nya lah kami bermohon supaya engkau mengalir seperti sedia kala.”

Menundukkan Mata dari Dunia

Tekad Malin Kundang sudah bulat. Dia ingin menggapai sukses gemilang di ibukota, Dari anak kampung yang miskin, dia ingin menjadi orang yang berlimpah kekayaan dunia. Tapi sayang, tekad itu membuatnya gelap mata. Dia melupakan temannya, menyingkirkan keluarganya dan tidak mengakui ibunya.

Malin memang sudah mabuk dunia. Dia mungkin tidak mendengarkan wasiat yang pernah disampaikan Yahya bin Mu'adz: "Dunia itu anaknya setan. Siapa yang mabuk karenanya, ia tidak akan sadar kecuali setelah berada di tengah kumpulan orang-orang mati, dalam keadaan menyesal di antara orang-orang yang rugi."

Keindahan dan kemegahan yang ditawarkan dunia memang menggoda. Tapi sesungguhnya keindahan itu tidak lebih baik dari sebuah fatamorgana yang kelak hilang bersama hembusan nafas terakhir manusia. Dia dicari tapi tidak pernah abadi. Dunia hanyalah perhiasan hidup yang dipenuhi dengan tipu daya, kelalaian dan permainan.

Tapi sekali lagi, siapa yang bisa menahan dirinya dari kelezatan harta, tahta dan birahi yang begitu menggoda? Jawabnya, tidak seorang pun bisa.

Materi duniawi memang kerap membuat insan takabbur (sombong) dan membusungkan dada. Kesombongannya ini tidak hanya menumpulkan indra sosialnya (satu indra penting agar orang ringan tangan membantu sesama) tapi juga menggiring hati ke arah kekufuran.

Gejala kejar-kejaran harta dengan beragam modus yang tidak lagi mengindahkan azas kebenaran apalagi kebaikan. Saat harga minyak mentah melonjak naik, segelintir pekerja minyak/BBM dan orang Indonesia lain menyelundupkan bahan bakar ini dengan cara-cara yang keji. Di saat harga sembako melangit para pengusaha lebih senang menimbunnya, berharap keuntungan yang berlimpah. Sungguh suatu upaya yang penuh tipu daya, kelalaian dan permainan.

Di era yang serba tidak menentu ini, tidak ada kebaikan yang bisa diraih dengan mudah. Ketika mengejar kebaikan dunia, manusia dihadang oleh kemegahan dan keindahannya sehingga orang kaya menjadi bakhil, orang pintar menjadi sesat dan orang berkuasa menjadi lalim.

Apalagi dengan kebaikan akhirat. Surga akhirat yang tidak pernah terbayang oleh akal itu, sering dianggap mimpi yang sia-sia. Orang-orang pun berusaha menghapus mimpi itu dari memori otaknya dan memfokuskan diri dalam meraih surga dunia.

Tuesday, February 11, 2014

Adaptasi

Salah satu kelebihan manusia dari makhluk Allah SWT lainnya selain akal adalah kemampuannya beradaptasi. Kemampuan ini membuat manusia mampu survive: Adaptasi bisa dilakukan dengan baik, justru karena kemampuan memahami lingkungan, karena kemampuan akalnya untuk menyelaraskan diri.

Hewan, betapapun besar tubuhnya tetap dibatasi oleh kemampuannya. Dinosaurus musnah karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungannya. Unta yang berjuluk "Bahtera padang pasir"., jika masuk 'kebun binatang di Indonesia harus disesuaikan alamnya. Demikian pula penguin dan hewan kutub lainnya.Kalau tidak beradaptasi , mereka akan segera punah..

Adaptasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi kedua, terbitan Balai ,Pustaka, mempunyai arti "Penyesuaian terhadap lingkungan, pekerjaan dan pelajaran. Adaptasi kebudayaan berarti, "perubahan dalam unsur-unsur kebudayaan yang menyebabkan unsur-unsur itu dapat berfungsi lebih baik bagi manusia yang mendukungnya."

Sementara itu, adaptasi sosial berarti "Proses perubahan dan akibatnya pada seseorang dalam suatu kelompok social sehingga orang itu dapat hidup atau berfungsi lebih baik di lingkungannya.." Beradaptasi adalah menyesuaikan diri, dalam hal ini KKBI menulis kalimat contohnya; manusia adalah makhiuk yang paling mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Dengan kemampuannya, manusia membuat jaket, pakaian hangat, sepatu dan tongkat, sehingga mampu menaklukkan gunung es. Dengan kemampuan akalnya, manusia bisa menembus jauh ke dasar lauatan. Tapi coba lihat, hewan kutub yang dipindahkan ke kebun binatang, dari tahun ke tahun tetap saja harus disesuaikan alamnya. Dia sangat bergantung

Dengan iklim itu. Kemampuan memahami lingkungan memang menentukan survive tidaknya individu bersangkutan. Salah memetakan, bisa tersesat. Apa jadinya jika ada orang yang mengira hidup di kutub, Padahal dia berada di gurun?" .

Batas Kesabaran

Orang bilang, "sabar ada batasnya", "habis kesabaranku", "sesabar-sabarnya orang, akhirnya tak tahan juga". Kalimat ini sering diucapkan orang untuk menunjukkan kemarahannya karena sudah tidak bisa bersabar lagi. Dimanakah sebenarnya batas habis kesabaran yang dibenarkan dalam Islam? Ataukah yang demikian itu dibenarkan dalam Islam.

Saat Rasulullah SAW. marah mendapatkan kekeliruan besar yang dilakukan oleh sebagian sahabat, apakah berarti beliau telah kehabisan kesabarannya? Tentu saja tidak. Begitu pula ketika beliau harus bangkit melakukan perlawanan terhadap musuh atas izin dan perintah Allah SWT. Justru hal itu merupakan salah saru bentuk pendidikan kesabaran yang paling bernilal

Bersabar untuk marah, atau marah dalam kesabaran adalah perkara yang tidak mudah. Umumnya orang marah karena memperturutkan hawa nafsu. Tetapi tidak demikian dengan yang dilakukan Nabi SAW dan yang beliau perintahkan kepada umatnya, Itulah yang disebut marah karena Allah, bukan karena memperturutkan hawa nafsu. Marah demikian adalah beban yang hanya akan terlaksana jika dilakukan dengan sabar.

Seorang muslim yang tidak lagi marah melihat kemusyrikan, dan kemaksiatan merajalela di muka bumi, sedikimya merupakan orang yang tidak punya kecemburuan terhadap Islam. Dan ia termasuk orang yang tidak memiliki kesabaran untuk marah terhadap kemunkaran tersebut.

Sabar sesungguhnya merupakan salah satu ajaran Islam yang agung, tetapi berat. Apapun bentuknya, baik bersabar untuk marah, bersabar menahan amarah, bersabar untuk selalu istiqamah menapaki ajaran Islam sesuai dengan sunnah Nabi SAW. dan para sahabat, bersabar untuk tidak tergesa-gesa, bersabar untuk tidak menyimpang, bersabar untuk menjauhi larangan , maupun bersabar untuk menerima musibah dari Allah. Semuanya merupakan perkara yang berat.

Itulah sebabnya, orang-orang yang sabar pasti selalu disertai Allah. Firman-Nya: "Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Anfal:40) Sabar memang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Islam. Yang jelas, sabar dalam Islam tidak terbatas. Simpul yang harus kita ikatkan pada diri setiap muslim bahwa batas kesabaran itu tidaklah bertepi.(afa)

Tuesday, February 4, 2014

WAKTU

Sejarah tak selamanya harus kisah-kisah besar, heroik dan mengagumkan. Bisa saja hanya sejarah lokal, yang beredar di antara penduduk sebuah kota kecil. Bisa pula sejarah yang lebih kecil, yang cukup dikenang untuk anak cucu di kemudian hari. Tapi sungguh, mencipta sejarah harus dipikirkan.

Hidup bukanlah rangkaian waktu yang terjadi begitu saja. Dari tiada, lalu lahir, besar, tua, dan hilang, Sungguh, tak seperti itu yang terjadi sebenarnya. Kita akan ditanyatentangwaktu-waktu yang telah berlalu dalam bidup ini. Ditanya oleh yang punya waktu , kemana saja waktu dihabiskan dan pergi.


Waktu adalah pedang, begitu kata pepatah Arab. Tapi sekali lagi, meski waktu adalah pedang, tak pernah kita punya perasaan bahwa sewaktu-waktu kitabisaterpenggal. Kita masih banyak menjalani waktu tanpa rencana. Kita masih banyak menjalani waktu tanpa rencana. Kita masih menghabiskan waktu tanpa kesadaran mencipta sejarah. Kita menjalani waktu seolah, kita lahir, besar, lalu tua dan mati, hilang tanpa dituntut pertanggungjawaban.

Waktu akan terus mengapung dalam ruang hidup, meminta jawab dan selalu mengajukan pertanyaan. Sungguh, kita tak diajarkan untuk menjalani hidup apa adanya. Rasul merancang hidupnya. Rasul merancang dakwahnya. Rasul merancang sejarahnya. Begitu juga dengan sahabat dan uswah teladan lainnya. Hidup mereka tidak mengalir begitu saja. Mereka memikirkan, apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang dan peran apa yang harus mereka mainkan.

Peranan dalam sejarah harus kita tentukan. Kita tak bisa lagi membiarkan waktu berlalu tanpa peran dan jejak-jejak kaki kita mencipta sejarah. Tentu saja sejarah yang cemerlang, yang diingat dan dituturkan dengan bangga atau riang. Bukan sejarah yang diceritakan dengan mengenang segala keburukan.

Dan untuk itu, hanya ada satu cara membangunnya. Seperti kataNabi, kita harus menjadikan tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Bulan ini harus lebih baik dari bulan kemarin. Hari ini harus lebih cemerlang dari hari kemarin. Jika tidak, bukan saja kita telah hidup dengan sia-sia, tapi kita juga telah dirajam oleh waktu. Dipenggal berkali-kali oleh pedang yang selalu siap mengancam.

Wednesday, January 8, 2014

TAHUN BARU MASEHI

Apakah kalian tahu Sejarah TAhun Baru Masehi yang baru saja dirayakan orang diseluruh Dunia yang menghabiskan dana tidak sedikit ? terkadang ,kita juga ikut-ikutan merayakannya .... ok berikut sekilas ceritanya :

“Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.”,

Perayaan Tahun di beberapa Negara terkait dengan Ritual Keagamaan

Tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Kalau orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa , tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Bagi orang Persia yang beragama Majūsî (penyembah api), menjadikan tanggal 1 Januari sebagai hari raya mereka yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus. Penyebab mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari raya adalah, ketika Raja mereka, ‘Tumarat’ wafat, ia digantikan oleh seorang yang bernama ‘Jamsyad’, yang ketika dia naik tahta ia merubah namanya menjadi ‘Nairuz’ pada awal tahun. ‘Nairuz’ sendiri berarti tahun baru. Kaum Majūsî juga meyakini, bahwa pada tahun baru itulah, Tuhan menciptakan cahaya sehingga memiliki kedudukan tinggi.

Bagaimana sikap kita? Setelah kita mengetahui bahwa tradisi Perayaan 1 januari merupakan Perayaan yang terkait dengan ritual keagamaan dan budaya dari kufar ,dan adanya larangan untuk menyerupai sebuah kaum. maka sebaiknya kita tidak perlu ikut ikutan merayakannya apalagi meniru budaya dari kaum kufar.

Ingat Firman Allah yang artinya :
" Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan"