Friday, May 30, 2014

RAHASIA AIR

Bila kita renungkan berpuluh ayat dalam Al-Qur'an yang berbicara tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Air tidak sekedar benda mati, tapi menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh, dan sifat-sitat ajaiblain.

DR Masaru Emoto Universitas Yokohama Jepang, pada Maret 2005 lalu telah melakukan sebuah penelitian. Hasilnya? Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa "membaca" tulisan dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya, The Hidden Message in Water (Pesan tersembunyi di dalam Air), Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti magnetic atau compact disk.

Suatu peristiwa ganjil dan aneh pernah terjadi pada masa Amru bin Ash Radhtyallahu ‘anhu ketika menjadi Gubernur Mesir. Sungai Nil yang menjadi urat nadi kehidupan penduduk Mesir mulai surut. Airnya tidak melimpah-limpah seperti biasa. Peristiwa ini amat mencemaskan penduduk

Warga mengusulkan kepada Gubernur agar, melakukan ritual jahiliyah, yakni dengan mengorbankan anak gadis sebagai persembahan kepada Dewa Sungai Nil, agar air kembali ke sedia kala. Namun Amru keberatan, karena adat ini kurafat dan syirik. Gubernur meminta waktu dan mengirim surat kepada Khalifah dan Umar bin Khatthab. Ketika menerima surat balasan, betapa gembira Amru. Namun betapa terkejutnya, karena surat itu tidak ditujukan padanya, melainkan untuk Sungai Nil. Setelah membacanya Amru pun mencampakkan surat itu ke dalam sungai sebagaimana perintah Khalifah.

Dengan kekuasaan Allah, setelah surat itu jatuh ke dalam sungai Nil, dalam sekejap mata airnya mulai naik dan melimpah ruah. Kejadian aneh ini disaksikan sendiri oleh penduduk Mesir. Semenjak hari itu, iman mereka mulai teguh dan tidak mengamalkan adat jahiliyah.

Apa isi surat Khalifah Umar ?
“surat ini dikirimkan oleh Umar, Amirul-Mu’minin, kepada sungai Nil. Kalaulah air yang mengalir pada tubuhmu itu bukan dari kuasa Allah, maka kami tidak memerlukan engkau! Tetapi kami percaya Allah itu Maha Kuasa dan kepada-Nya lah kami bermohon supaya engkau mengalir seperti sedia kala.”

Menundukkan Mata dari Dunia

Tekad Malin Kundang sudah bulat. Dia ingin menggapai sukses gemilang di ibukota, Dari anak kampung yang miskin, dia ingin menjadi orang yang berlimpah kekayaan dunia. Tapi sayang, tekad itu membuatnya gelap mata. Dia melupakan temannya, menyingkirkan keluarganya dan tidak mengakui ibunya.

Malin memang sudah mabuk dunia. Dia mungkin tidak mendengarkan wasiat yang pernah disampaikan Yahya bin Mu'adz: "Dunia itu anaknya setan. Siapa yang mabuk karenanya, ia tidak akan sadar kecuali setelah berada di tengah kumpulan orang-orang mati, dalam keadaan menyesal di antara orang-orang yang rugi."

Keindahan dan kemegahan yang ditawarkan dunia memang menggoda. Tapi sesungguhnya keindahan itu tidak lebih baik dari sebuah fatamorgana yang kelak hilang bersama hembusan nafas terakhir manusia. Dia dicari tapi tidak pernah abadi. Dunia hanyalah perhiasan hidup yang dipenuhi dengan tipu daya, kelalaian dan permainan.

Tapi sekali lagi, siapa yang bisa menahan dirinya dari kelezatan harta, tahta dan birahi yang begitu menggoda? Jawabnya, tidak seorang pun bisa.

Materi duniawi memang kerap membuat insan takabbur (sombong) dan membusungkan dada. Kesombongannya ini tidak hanya menumpulkan indra sosialnya (satu indra penting agar orang ringan tangan membantu sesama) tapi juga menggiring hati ke arah kekufuran.

Gejala kejar-kejaran harta dengan beragam modus yang tidak lagi mengindahkan azas kebenaran apalagi kebaikan. Saat harga minyak mentah melonjak naik, segelintir pekerja minyak/BBM dan orang Indonesia lain menyelundupkan bahan bakar ini dengan cara-cara yang keji. Di saat harga sembako melangit para pengusaha lebih senang menimbunnya, berharap keuntungan yang berlimpah. Sungguh suatu upaya yang penuh tipu daya, kelalaian dan permainan.

Di era yang serba tidak menentu ini, tidak ada kebaikan yang bisa diraih dengan mudah. Ketika mengejar kebaikan dunia, manusia dihadang oleh kemegahan dan keindahannya sehingga orang kaya menjadi bakhil, orang pintar menjadi sesat dan orang berkuasa menjadi lalim.

Apalagi dengan kebaikan akhirat. Surga akhirat yang tidak pernah terbayang oleh akal itu, sering dianggap mimpi yang sia-sia. Orang-orang pun berusaha menghapus mimpi itu dari memori otaknya dan memfokuskan diri dalam meraih surga dunia.